Ahmad Dzulfaqor
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada
para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka
kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan
orang-orang yang kafir.(Q. S.2:34).
Makhluk sombong ibarat gelas yang penuh
Ditambahkan air, pun sedikit, pasti kan tumpah lagi
Menguras air seember pun hanya impian
Pada dunia nyata, dia tak akan rela menerima nasihat sebaik apapun.
Merasa dirinya paling benar, paling pintar, paling berpengalaman, paling
banyak ilmunya, paling rajin ngajinya....
Karena gelasnya selalu penuh.
Sungguh telah jelas Rasulullah Bersabda mengenai
balasan atas makhluknya yang diselimuti kesombongan :
“Penghuni neraka ialah orang yang buruk
perilaku dan akhlaknya dan orang yang berjalan dengan sombong, sombong terhadap
orang lain, menumpuk harta kekayaan dan bersifat kikir. Adapun penghuni surga
ialah rakyat yang lemah, yang selalu dikalahkan.” (HR. Al Hakim dan Ahmad)
Na'udzubillah tsumma na'udzubillah...
Ketika berhadapan dengan siapapun, hal pertama yang
perlu dilakukan adalah menjadi pendengar yang baik. Dengarkan, dengarkan dan
dengarkan saja dahulu apapun yang ingin dikatakannya. Itu akan membuat siapapun
yang menjadi lawan bicara kita merasa dihargai oleh kita. Sebagaimana
disabdakan baginda Nabi SAW :
Hadits Arba’in No. 15:
Dari Abu Hurairoh rodhiallohu ‘anhu,
sesungguhnya Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Barang
siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik
atau diam. Dan barang siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhirat, maka
hendaklah ia memuliakan tetangganya. Dan barang siapa yang beriman kepada Alloh
dan hari akhirat hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Barulah setelah lawan kita selesai berbicara kita
kemukakan pendapat kita, dengan nada dan isi yang menyenangkan hati. Memotong
pembicaraan orang lain adalah perbuatan yang paling tak menyenangkan hati orang
lain. Maka hindarilah itu kawan.
Menjadi pendengar yang baik pun tidak berarti
setiap perkataan yang didengarnya ditelan bulat-mentah.
“Berkata
baik” yang dimaksud pun tak hanya sekedar isi perkataanya saja, namun
temasuk nada yang baik serta niat yang baik. Nada yang baik akan menimbulkan
rasa nyaman bagi saudara/i yang kita ajak bicara. Ketika memasuki perihal niat,
inilah yang sulit kita kendalikan. Perkataan apapun yang keluar dari mulut kita
ketika asalnya adalah dari niat menyombongkan diri, selembut apapun nadanya,
akan membuat orang yang mendengarnya merasa tak nyaman. Sebagaimana ketika kita
menuangkan Isi sebuah kendi minuman, Ketika isinya adalah air kopi, maka yang
tertuang di gelas adalah air kopi, bukanlah teh ataupun susu.
Dari Abu Hurairah r.a. pula,
katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Allah 'Azzawajalla berfirman
-dalam hadits Qudsi-: "Kemuliaan adalah sarungKu dan kesombongan adalah selendangKu. Maka barangsiapa yang
mencabut salah satu dari kedua pakaianKu itu, maka pastilah Aku menyiksa
padanya," artinya mencabut ialah merasa dirinya paling mulia atau berlagak
sombong. (Riwayat Muslim)
Sungguh kawan, adalah perbuatan dzalim jika kita merasa sombong
ataupun berbangga diri. Karena memang kesombongan itu tempat seharusnya bukan
pada manusia. Yang berhak merasa mulia, hanyalah Allah. Siapa kita jika sedikit
beramal saja sudah membanggakan diri?
Nyok, kawan.. kita kosongkan selalu gelas kita.
Ketika ada yang mau berbagi air kepada kita, ambil dan jangan ragu,
ketika sudah penuh, saring airnya, dan minum dengan nikmat.
Gelas kita pun kosong kembali dan siap diisi lagi.
Tak peduli air sebanyak samudra, dia akan selalu mampu menampungnya.
Al Faqir Ilallah
No comments:
Post a Comment