Saturday, April 14, 2012

Hati-hati Gelasmu Penuh







 Ahmad Dzulfaqor

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.(Q. S.2:34).


Makhluk sombong ibarat gelas yang penuh
Ditambahkan air, pun sedikit, pasti kan tumpah lagi
Menguras air seember pun hanya impian

Pada dunia nyata, dia tak akan rela menerima nasihat sebaik apapun.
Merasa dirinya paling benar, paling pintar, paling berpengalaman, paling banyak ilmunya, paling rajin ngajinya....
Karena gelasnya selalu penuh.

Sungguh telah jelas Rasulullah Bersabda mengenai balasan atas makhluknya yang diselimuti kesombongan :

“Penghuni neraka ialah orang yang buruk perilaku dan akhlaknya dan orang yang berjalan dengan sombong, sombong terhadap orang lain, menumpuk harta kekayaan dan bersifat kikir. Adapun penghuni surga ialah rakyat yang lemah, yang selalu dikalahkan.” (HR. Al Hakim dan Ahmad)

Na'udzubillah tsumma na'udzubillah...

Ketika berhadapan dengan siapapun, hal pertama yang perlu dilakukan adalah menjadi pendengar yang baik. Dengarkan, dengarkan dan dengarkan saja dahulu apapun yang ingin dikatakannya. Itu akan membuat siapapun yang menjadi lawan bicara kita merasa dihargai oleh kita. Sebagaimana disabdakan baginda Nabi SAW :

Hadits Arba’in No. 15:
Dari Abu Hurairoh rodhiallohu ‘anhu, sesungguhnya Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Barang siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam. Dan barang siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya. Dan barang siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhirat hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhori dan Muslim)

Barulah setelah lawan kita selesai berbicara kita kemukakan pendapat kita, dengan nada dan isi yang menyenangkan hati. Memotong pembicaraan orang lain adalah perbuatan yang paling tak menyenangkan hati orang lain. Maka hindarilah itu kawan.
Menjadi pendengar yang baik pun tidak berarti setiap perkataan yang didengarnya ditelan bulat-mentah.

“Berkata baik” yang dimaksud pun tak hanya sekedar isi perkataanya saja, namun temasuk nada yang baik serta niat yang baik. Nada yang baik akan menimbulkan rasa nyaman bagi saudara/i yang kita ajak bicara. Ketika memasuki perihal niat, inilah yang sulit kita kendalikan. Perkataan apapun yang keluar dari mulut kita ketika asalnya adalah dari niat menyombongkan diri, selembut apapun nadanya, akan membuat orang yang mendengarnya merasa tak nyaman. Sebagaimana ketika kita menuangkan Isi sebuah kendi minuman, Ketika isinya adalah air kopi, maka yang tertuang di gelas adalah air kopi, bukanlah teh ataupun susu.

Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Allah 'Azzawajalla berfirman -dalam hadits Qudsi-: "Kemuliaan adalah sarungKu dan kesombongan adalah selendangKu. Maka barangsiapa yang mencabut salah satu dari kedua pakaianKu itu, maka pastilah Aku menyiksa padanya," artinya mencabut ialah merasa dirinya paling mulia atau berlagak sombong. (Riwayat Muslim)

Sungguh kawan, adalah perbuatan dzalim jika kita merasa sombong ataupun berbangga diri. Karena memang kesombongan itu tempat seharusnya bukan pada manusia. Yang berhak merasa mulia, hanyalah Allah. Siapa kita jika sedikit beramal saja sudah membanggakan diri?

Nyok, kawan.. kita kosongkan selalu gelas kita.
Ketika ada yang mau berbagi air kepada kita, ambil dan jangan ragu, ketika sudah penuh, saring airnya, dan minum dengan nikmat.
Gelas kita pun kosong kembali dan siap diisi lagi.
Tak peduli air sebanyak samudra, dia akan selalu mampu menampungnya.

Al Faqir Ilallah

No comments:

Post a Comment