Nur Azizah
Tanggung jawab dakwah selalu ada
pada pundak setiap muslim yang beriman. Tak kenal kaum tua ataupun muda,
risalah dakwah harus tetap ada dan tersampaikan. Karena saling menasehati dalam
hal kebaikan untuk menjadi lebih bernilai di pandangan Allah lah tujuan utama
dari dakwah itu.
Manusia merupakan makhluk sosial,
yang dengan sifat tersebut tidak bisa hidup sendiri dan hanya untuk dirinya
sendiri. Hal ini menandakan salah satu bukti kebesaran Allah SWT, bahwa kita
sebagai manusia membutuhkan orang lain sebagai penolong dan pesaing kita.
Seperti yang telah Allah firmankan dalam (QS. Al-Maidah: 2) “….dan saling
tolong-menolonglah kamu dalam hal kebaikan”, dan (QS. Al-Baqarah: 148) yang
berbunyi “Dan berlomba-lombalah kamu dalam hal kebaikan”. Kita membutuhkan
orang lain untuk menanam kebaikan pada diri kita dengan membantu orang lain.
Kita membutuhkan orang lain untuk menjadi pesaing kita dengan sama-sama
berlomba menjadi yang terbaik di sisi Allah. Atas dasar ini lah kita sebagai
muslim harus selalu berusaha memperbaiki diri dan memperbaiki orang lain.
Dalam
tahapan dakwah, ada pelaku dakwah yang disebut sebagai aktivis dakwah. Fenomena
aktivis dakwah sekolah dan kampus menjadi peran penting yang disematkan pada
pelajar dan mahasiswa yang di tengah kesibukannya belajar, tetap mengusahakan
untuk menyebarkan nilai-nilai islam di dalam dirinya, keluarga dan kepada
teman-temannya di lingkungan sekolah ataupun kampus.
Fenomena
saat ini yang sering terjadi dan mengherankan
yaitu Rohis Sekolah ditinggalkan oleh para alumninya. Selepas SMA, bagi
yang kuliah, kebanyakan lebih memilih untuk menjadi aktivis dakwah kampus saja.
Hingga pada akhirnya banyak Rohis SMA di Jakarta dan sekitarnya misalnya,
rebut-rebutan orang untuk menjadikan alumni untuk sebagai AD (baca : Aktivis
Dakwah) di sekolahnya. Jika begini, pasti ada masalah yang tidak beres kan?
Alumni Rohis SMA yang diminta untuk
berkontribusi di kampusnya, banyak yang memfokuskan di kampus. Saat diminta
untuk berkontribusi di almamater SMA, mereka menolak, padahal kesempatan dan
kemampuan telah dimiliki. Merasa sudah cukup dengan satu amanah di kampus saja
katanya. (Afwan kampus butuh ane akhi,, Afwan kampus butuh ane ukhti,, ane gak
bisa). Selagi Allah beri kesempatan untuk berbuat kebaikan lagi dan lagi kenapa
tidak mengambil kedua kesempatan dakwah itu?
Pada
dasarnya sudah ada sistem pengkaderan yang baik untuk menjadikan alumni SMA
sebagai ADS. Di awal masa kuliah, mereka masih memiliki tanggung jawab terhadap
Rohis SMAnya. Di kampus, pada masa awal kuliah toh peran mereka meraba medan
dakwah dahulu saja. Jadi, mengapa tidak untuk berdakwah di kampus dan sekolah.
Hingga nanti insyaallah ada saatnya, setelah generasi ADS berganti, dan amanah
di kampus benar-benar sangat membutuhkan penuh kontribusi kita disana, barulah
kita melepas generasi di bawah kita untuk melanjutkan estafet dakwah sekolah.
Dalama hal ini, tentu bukan melepas amanah kita begitu saja, namun juga tetap
mengawasi dan membantu jika diminta bantuannya.
Hal
ini harus sama-sama kita sadari, bahwa pelajar SMP dan SMA saat ini membutuhkan
sosok-sosok yang mengajarkan nilai keislaman pada mereka. Tengok saja kasus
kenakalan-kenakalan remaja yang makin mengiris hati kita. Mulai dari tawuran
antar pelajar, menggunakan narkoba, perzinahan hingga pembunuhan ternyata
dilakukan oleh pelajar. Itu artinya, banyak sekolah khususnya tingkat SMP dan
SMA membutuhkan peran aktivis dakwah di sana. Aktivis dakwah yang menanamkan
nilai islam kepada mereka, yang mengingatkan selalu pada kebaikan, yang
mengingatkan bahwa hal ini tidak boleh karena Allah yang melarang, dan juga
menjadi teman yang baik untuk mereka.
Karena
remaja saat ini kehilangan sosok akh,, ukh,, bahkan kehilangan arah. Bagi
mereka, role model kehidupan sehari-hari bukan lagi Rasulullah, melainkan
artis-artis yang mereka kagumi dan sedang tren. Begitu juga di kampus,
mahasiswa kehilangan role modelnya. Di sanalah peran kita sebagai ADS dan ADK
diminta. Meluruskan akhlak, menanamkan ajaran Allah.
Selagi ada kesempatan, selagi
berilmu, selagi punya waktu, selagi muda, teruslah berlomba-lomba menjadi yang
terbaik di sisi Allah. Bukannya ilmu akan sangat bernilai ketika kita
menyampaikannya kepada orang lain dan bermanfaat untuk orang lain itu? Bahkan Ibnu
Rajab, mengatakan bahwa "Barangsiapa memelihara ketaatan kepada Allah di
masa muda dan tuanya, maka Allah akan memelihara kekuatannya di saat tua dan
saat kekuatannya melemah. Ia akan tetap diberi kekuatan pendengaran,
penglihatan, dan kemampuan berpikir, serta kekuatan akal di masa tua."
Masyaallah,, tunggu apalagi ukh,, akh,, ADS ataupun ADK
bukanlah sebuah pilihan, tetapi kewajiban yang harus sama-sama kita jalani yang
tentunya dengan komitmen, mari sama-sama berkontribusi menjadi ADS dan ADK
karena Allah SWT. Semoga Allah senantiasa meringkankan langkah kita untuk tetap
istiqomah dalam jalan ini. Aamiin.
Wallahu a’lam bishawab..
Depok, Maret 2013
(N.A)
Depok, Maret 2013
(N.A)
No comments:
Post a Comment