Siti Nur Ramadhiati
Sejak tahun 1987, terjadi urbanisasi warga dari Indramayu yang mencoba mencari pekerjaan di Depok. Mereka pada awalnya menumpang kepada sanak saudara mereka yang berada di di Desa Lio tersebut.
Namun, Lama-kelamaan jumlah warga Kampung Lio bertambah karena warga Indramayu yang melihat saudaranya datang ke Depok menjadi sukses,mereka pun ingin mengikuti jejak saudaranya tersebut. Karena tidak memiliki pendidikan yang tinggi dan keterampilan bekerja,mereka hanya menjadi pengangguran di Kampung Lio tersebut. Sekarang mayoritas penduduk Kampung Lio berprofesi sebagai pemulung, pedagang, dan pengamen.
Saya adalah seorang mahasiswi di sebuah
Politeknik Negeri yang ada di jakarta, tempat persisnya siy di Depok, saya
angkatan 2010, saat ini sedang menjalani study di jurusan teknik elektro
program studi telekomunikasi. Saya adalah staf departemen Rohis di Himpunan
jurusan saya. Himpunan yang menaungi saya, mempunyai sebuah desa binaan yang
berada di Depok.
Desa binaan kami adalah daerah kumuh yang terletak di pinggiran kota depok,
tepatnya di belakang stasiun depok baru. Disini Terdapat sebuah kampung yang mayoritas
penduduknya adalah warga yang mempunyai penghasilan minimum ke bawah, kampung
tersebut bernama Kampung LIO. Mayoritas
Penduduk kampung LIO berprofesi sebagai pemulung, pedagang, dan pengamen.
Setiap pekannya kami selalu mengunjungi
anak-anak kampung lio , mereka berumur 4-12 tahun. Kedatangan kami setiap
pekannya yakni untuk membantu belajar adik-adik kita yang mayoritas belum
sekolah, tidak sekolah, dan buta huruf dengan membentuk lingkaran-lingkaran
kecil.
Banyak kisah menarik yang kami rasakan setiap
pekannya,,, yaaa banyak sekali...
Ketika
kami datang menemui tempat mereka, pasti
mereka menyambut kami dengan penuh semangat, dari kejauhan pun mereka sudah memanggil-manggil
kami dengan penuh ketulusan dan senyuman yang hinggap dibibir mungil mereka “kakak......”, dan saat kami menghampiri
mereka, pasti mereka langsung berebut supaya mereka bisa memeluk kakak-kakanya,
seakaan mencari perhatian dari kami. Subhanallah kalau kalian bisa merasakan itu
adalah sebuah penyemangat kami, dengan tingkah mereka yang seperti itu, membuat
kami tak tega hati mengajar kan mereka dengan
setengah hati.
Dibalik rasa senang yang kami dapatkan ada
sebuah rasa yang memilukan, pada minggu yang berbeda panggilan-panggilan itu tak
sebanyak biasanya. Adik-adik yang biasa kami temui, kebanyakan tak hadir, kami
berinisaiatif untuk mencarinya dengan bertanya kepada teman-temanya yang lain.
“nisa”,tanya seorang kakak “sidiq, tuloh,
rico kemana?”, “berangkat kak”, “berangkat kemana??” tanya si kakak
bingung,”Ngamen kak”. Sekejap kakak yang bertanya langsung diam, “ngamen”
tak pernah kejadian ini terjadi sebelumnya, sedih, ya karena sang kakak tak
tega hati mendengar adiknya yang semangat belajar harus absen karena harus
mengamen.
Di pekan berikutnya juga terjadi hal yang tak
jauh berbeda, pada hari itu cuaca mendung dan tak lama hujan pun turun,
adik-adik yang datang ke mushola untuk belajar hanya segelintir, mungkin karena
hujan jadi mereka malas untuk pergi belajar . Tapi dugaan kami salah, ini
terbukti ketika seorang kakak mendatangi rumah seorang adiknya, “dek, yuk kita belajar”, “yaaah kak, aku mau ngojek dulu” dengan
payung ditanganya,”sebentar aja koq dek”
lalu ibunya menimpali “kak anaknya mau
ngojek dulu kak,biar dya ngojek dulu, buat uang jajan besok”, sedih melihat
keadaan seperti itu, tapi, ya apa boleh buat, karena orangtuanya lebih
mendukung anaknya untuk ngojek dibandingkan belajar.
Tak pernah saya rasakan dan mungkin kalian
rasakan disaat kalian kecil apa yang mereka rasakan. Disaat kalian sedang asik
bermain, yang diingati orang tua adalah cepat pulang karena sudah sore, tapi
yang mereka rasakan jangan main mulu, nanti kesorean ngamenya. Yang selalu
kalian alami adalah selalu diomeli orang tua karena malas belajar dan mengerjakan
PR tapi yang mereka rasakan, mereka tidak belajar bukan karena malas, tapi
harus mencari uang untuk keluarga mereka.
Itulah sedikit cerita saya tentang adik-adik
kami yang kami sayangi. Adik-adik kami
adalah sesosok makhluk yang bisa tertawa lebar ketika mereka bersama
teman-temanya, dan juga harus menanggung beban berat atas kehidupan keluarganya
. melihat mereka tersenyum, tertawa, bahagia dengan wajah kepolosan mereka,
sedikit bertengkar dengan kawanya, bermanja dengan kakak-kakaknya, merupakan hal
yang sangat saya rindukan . Adik-adik kami adalah sumber keyakinan kami untuk
selalu tersenyum walaupun cobaan berat sedang menghampiri kami, sumber kekuatan
kami agar kami selalu bersyukur atsa nikmat yang ALLAH berikan kepada kami.
Selalu tersenyum kawan walaupun amanah yang kalian pegang sangat lah berat jangan
mau kalah dengan senyuman adik-adik itu, selalu
bersyukur sahabat karena Allah
mempunyai rencana indah dibalik beratnya amanah ini , jangan lupa berbagi
saudaraku rizky yang kita miliki sebagainya adalah hak-hak adik-adik kita , dan
terus dekati diri kepada yang Maha Mempunyai atas segalanya. Semoga cerita ini
bermanfaat untuk kita semua..
_Kakak sayang kalian adik-adik ku_
No comments:
Post a Comment